Benang merah yang dapat ditarik dari trilogi pertama sampai ketiga adalah:
1. Minder dan sombong sebenarnya merupakan hal yang sama namun dilihat dari titik ekstrim yang berbeda. Bila Anda mengenal matematika, Anda mungkin akan mengingat titik ekstrim maksimum dan minimum.
Ya, memang berbeda dari sudut pandang, namun sama-sama merupakan titik ekstrim. Saat Anda minder, pada saat yang sama sebenarnya Anda sombong. Begitu pula sebaliknya, saat Anda sombong sebenarnya Anda sedang minder.
Titik fokus keduanya juga sama, yaitu menyoroti diri secara berlebih, berfokus pada diri secara berlebih, walaupun dari titik pandang yang berlawanan.
2. Sumber dari minder dan sombong adalah dosa yang belum dibereskan atau belum diakui, bahkan diabaikan dan ditutupi. Untuk itu perlu mengadakan pembersihan dan pemberesan hati dengan Tuhan (baca "For the Love of Myself").
3. Minder dan sombong pada dasarnya adalah belumnya mengenal diri secara utuh. Saat seseorang benar-benar mengenal diri secara utuh: kelebihan, kelemahan, visi dan misi yang Tuhan anugerahkan pada kita, saat itulah seseorang menjadi utuh. Mengenai keutuhan dan visi misi akan saya tuliskan pada notes-notes yang lain.
4. Pada saat seseorang benar-benar mencari Tuhan dengan sungguh, saat itu ia akan lebih mengenal dirinya dengan lebih baik lagi. Dalam Matius 6:33: Tetapi carilah dahulu Kerajaan Allah dan kebenarannya, maka semuanya itu akan ditambahkan kepadamu.
Hal ini saya alami sendiri. Pada saat saya merenungkan ayat ini, saya menemukan sesuatu hal yang baru. Saat saya mencari Allah dengan sungguh dan bukan sekedar ingin memperoleh berkat-Nya, saya menjumpai beberapa hal yang menarik. Ia membukakan berbagai hal yang baru pada saya, termasuk mengenai keberadaan saya.
Ia membuat saya mengerti diri saya, kelebihan, kelemahan, potensi, hal-hal yang perlu saya perbaiki, bahkan hal-hal yang dahulu pernah Ia katakan pada saya, hal-hal yang pernah saya alami bersama dengan Dia, hal-hal yang sudah lama saya lupakan. Ia memberikan pengertian-pengertian yang baru dan saat saya menyadari hal itu, pandangan saya berubah.
Saat pandangan saya berubah, cara pandang saya terhadap dunia dan kehidupan berubah. Bagi saya ini merupakan penggenapan dari firman-Nya. Ini bukan proses yang sekali jalan dan bukan proses yang sudah selesai, malah ini merupakan suatu awal proses bagi saya. Masih jauh sekali proses ini selesai bagi saya.
Saat saya makin mencari Dia, Ia membuat saya semakin menerima diri saya sendiri. Membuat saya semakin mencintai diri saya sendiri. Ya, di tengah kelebihan saya, saya juga memiliki kelemahan-kelemahan yang kadang sulit saya terima dan membuat saya minder.
Terkadang kelebihan yang saya miliki, membuat saya takabur dan Ia mengingatkan saya untuk tidak sombong. Ia membukakan bagi saya hal-hal baik yang sudah lama saya tidak ingat sama sekali. Betapa Tuhan itu baik!
5. Minder dan sombong dapat digantikan menjadi percaya diri dalam kerangka yang benar (percaya diri dalam Tuhan). Kuncinya hanya: MAU! Ya, mau berubah, mau diubahkan, dan mau bersandar sepenuhnya pada Tuhan. Ya, ini bukan proses sekali jadi, diperlukan waktu, usaha, tenaga, pikiran, uang, bahkan kerendahan hati sebagai seorang murid.
Jadi? Minder? Sombong? Percaya diri?
Pilihan di tangan Anda!
Sumber : Archaengela
Pastor Message
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment